MAKALAH
ILMU, FILSAFAT, DAN
AGAMA
Diajukan
Untuk Didiskusikan Dalam Mata Kuliah Filsafat Ilmu
DOSEN PENGAMPU:
Al Rudiyansah
M.Pd.I
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
YULI NOFRIANI
ASRIYANTI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)
MUARA BUNGO
TA 2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji kami hantarkan kehadirat Pencipta dan
Pemilik alam semesta Allah SWT. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada manusia paling sempurna Nabi Muhammad SAW para sahabat dan seluruh
umatnya.
Berkat pertolongan Allah SWT kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah tentang Ilmu,
Filsafat dan Agama yang kami susun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Filsafat Ilmu. Kami harapkan makalah ini bisa membantu teman-teman untuk mengenal
dan dapat untuk mendalaminya lebih jauh.
Kami penyusun makalah ini menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan di sana, Oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan
makalah yang akan datang.
Muara
Bungo, 08 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... ii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3
Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan Ilmu, Filsafat, dan Agama............................................................. 3
2.2 Jalinan Ilmu, Filsafat, dan Agama..................................................................... 5
2.3 Persamaan dan Perbedaan Ilmu, Filsafat
dan Agama....................................... 7
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan........................................................................................................ 11
3.2
Saran.................................................................................................................. 11
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang
diberi potensi akal dan hati. Manusia pun diberi oleh Allah beberapa
pengetahuan (Ar-Rahman: 3). Dalam sejarah pun dicatat perkembangan pengetahuan
manusia mulai dari filsafat sampai pada ilmu pengetahuan. Pada zaman Yunani
Kuno yang ditandai dengan perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi
logosentris. Manusia tidak lagi berpikir mitos terhadap gejala alam, tetapi
mulai berpikir itu sebagai kausalitas. Sehingga, manusia pada waktu itu tidak
pasif, melainkan proaktif dankreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian
dan pengkajian. Pengetahuan manusia pun berkembang dari masa ke masa. Mulai
dari masa Yunani Kuno (700 SM), masa Islam klasik, masa kejayaan Islam, masa
Renaisans (abad ke 15-16), masa modern (abad 17-19), dan zaman kontemporer
(abad ke 20). Zaman kontemporer ditandai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
tinggi, sehingga dikenal pula zaman eraglobalisasi. Dimana informasi dan
transpormasi budaya dapat dilakukan dengan sangat mudah.
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semula
untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah
menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh
adanya penemuan televisi, komputer, handphone telah mengakibatkan kita terlena
dengan dunia layar. Sehingga, kamunikasi sosial kita dengan keluarga dan
masyarakat sering terabaikan. Begitu pun dengan adanya bioteknologi yang
merancang adanya bayi kloning, mengakibatkan keresahan berbagai kalangan,
seperti agamawan dan ahli etika.
Ada yang
mengatakan bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama memiliki hubungan.
Baik filsafat, ilmu pengetahuan dan agama mempunyai tujuan yang sama yaitu
memperoleh kebenaran. Manusia selalu mencari sebab-sebab dari setiap kejadian
yang disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud
dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab.
Hasrat ingin
tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-sebab ini memaksa
kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki
ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya “ Apakah alam
semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar
membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya,
ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”
Dalam makalah
ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana mengenai filsafat,
ilmu pengetahuan dan agama. Dimana dalam makalah ini penulis berusaha
memecahkan dua masalah tentang kedudukan filsafat, ilmu pengetahuan dan agama
serta bagaimana relasi antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Kedudukan
Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama ?
2.
Bagaimana jalinan antara Filsafat, Ilmu
Pengetahuan dan Agama ?
3.
Bagaimana perbedaan dan persamaan antara
filsafat, ilmu dan agama?
1.3 Tujuan Penulisan
Agar pembaca lebih memahami antara
kedudukan filsafat, ilmu, dan agama serta bisa menambah wawasan pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
3.1
Kedudukan Ilmu,
Filsafat, dan Agama
a.
Filsafat
Secara etimologis (asal-usul kata)
filsafat berasal dari kata yunani philia
(=love, cinta) dan sophia (=wisdom,
kebijaksanaan). Jadi ditinjau dari pada arti etimologis istilah ini berarti
cinta pada kebjaksanaan.[1]
Pengertian filsafat secara garis
besar adalah ilmu yang mendasari suatu kosep berfikir manusia dengan
sungguh-sungguh untuk menemukan suatu kebenaran yang kemudian dijadikan sebagai
pandangan hidupnya. Sedangkan secara khusus filsafat adalah suatu sikap atau
tindakan yang lahir dari kesadaran dan kedewasaan seseorang dalam memikiran
segala sesuatu secara mendalam dengan melihat semuanya dari berbagai sudut
pandang dan korelasinya.
b.
Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman yang disusun dalam satu
system untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.[2] Dengan
demikian ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah.
Pengetahuan yang telah disusun secara sistematis untuk memperoleh suatu
kebenaran. Ilmu pengetahuan merupakan ilmu pasti. eksak, terorganisir, dan
riil.
c.
Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari
bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin
religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Allah.[3]
Agama berbeda dengan sains dan
filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi. Kemajuan spiritual
manusia dapat diukur dengan tingginya nilai yang tak terbatas yang ia berikan
kepada obyek yang ia sembah. Seseorang yang religius merasakan adanya kewajiban
yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi
kepribadian dan kebaikan. Agama tak dapat dipisahkan dari bagian-bagian lain
dari kehidupan manusia, jika ia merupakan reaksi terhadap keseluruhan wujud
manusia terhadap loyalitasnya yang tertinggi. Sebaiknya, agama harus dapat
dirasakan dan difikirkan: ia harus diyakini, dijelaskan dalam tindakan (Titus,
1987:414).
Baik ilmu, filsafat maupun agama
bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan satu hal yang sama), yaitu
kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenarantentang
alam dan manusia Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran,
baik tentang alam, manusia dan Allah. Demikian pula dengan agama, dengan
karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang
dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Allah.[4]
Walau demikian baik ilmu, filsafat,
maupun agama juga mempunyai hubungan lain. Yaitu ketiganya dapat digunakan
untuk memecahkan masalah pada manusia. Karena setiap masalah yang di hadapi
hadapi oleh manusia sangat bermcam-macam. Ada persoalan yang tidak dapat
diselesaikan dengan agama seperti contohnya cara kerja mesin yang dapat
dipecahkan oleh ilmu pengetahuan.
2.2 Jalinan Antara Ilmu, Filsafat dan Agama
Terdapat beberapa asumsi terkait
dengan jalinan filsafat dengan agama. Asumsi tersebut didasarkan pada anggapan
manusia sebagai makhluk social. Saifullah memberikan ikhtisar dalam bagan yang
lebih terperinci mengenai perbandingan jalinan agama dan filsafat.
Antara filsafat dan ilmu mempunyai
persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran
manusia, yaitu berfikir filosofis, spkulatif dan empiris ilmiah. Namun
ke-eksakan pengetahuan filsafat tidak mungkin diuji seperti pengetahuan ilmu.
Yang pertama tersusun dari hasil riset dan eksperimen antara ilmu dan filsafat
juga mempunyai perbedaan, terutama untuk filsafat menuntukan tujuan hidup
sedangkan ilmu menentukan sarana untuk hidup. Filsafat disebut sebagai induk
dari ilmu pengetahuan. Hal ini didasarkan pada perbedaan berikut ini [5]:
1. Mengenai lapangan pembahasan
2. Mengenai tujuannya
3. Mengenai cara pembahasannya
4. Mengenai kesimpulannya
Ilmu, filsafat serta agama mempunyai
hubungan yang kuat terkait pada manusia, karena ke tiga tersebut adalah sesuatu
yang tidak bisa dipisahkan pada manusia, yakni ketiga tersebut ada potensinya
pada manusia yaitu, akal, rasa dan keyakinan. Sehingga dengan ketiga tersebut
manusia dapat merasakan dan meraih sesuatu kepuasan dari hidupnya yakni
kebahagiaan dan tujuannya. Ilmu mendasar pada akal, filsafat mendasar pada
otoritas akal murni secara radikal pada kenyataan dan agama mendasar pada
wahyu.
Prof. Nasroen, S.H., menerangkan bahwa
filsafat yang sejati haruslah berdasar pada agama karena filsafat terkandung
dalam agama. Bila filsafat tidak terkandung pada agama maka filsafat itu akan
memuat kebenaran objektif karena segala sesuatunya dengan pikiran akal.
Sedangkan kemampuan akal itu terbatas, dan tidak mungkin untuk menerima pada
hal-hal yang gaib. Sebagaian ada yang menyatakan bahwa hubungan Ilmu, Filsapat
dan Agama adalah:
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Ilmu
Sejarah telah dapat membuktikan tentang pengungkapan ilmiah manusia yang sangat
menonjol di dunia adalah di zaman Yunani Kuno (abad IV dan V S.M). Bangsa
Yunani ditakdirkan Allah sebagai manusia yang mempunyai akal jernih. Bagi
mereka ilmu itu adalah suatu keterangan rasional tentang sebab-musabab dari
segala sesuatu didunia ini. Dunia adalah kosmos yang teratur dengan aturan kualitas
yang bersifat rasional. Demikianlah tiga dasar yang menguasai ilmu orang Yunani
pada waktu itu, yaitu: Kosmos, Kausalitas dan Rasional.
Dengan berilmu dan berfilsafat
manusia ingin mencari hakikat kebenaran daripada segala sesuatu Dalam berkelana
mencari pengetahuan dan kebenaran itu menusia pada akhirnya tiba pada kebenaran
yang absolut atau yang mutlak yaitu ‘Causa
Prima’ daripada segala yang ada yaitu Allah Maha Pencipta, Maha Besar, dan
mengetahui. Oleh karena itu kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu
adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari kebenaran itu manusia selalu
bertanya. Dalam kenyataannya makin banyak manusia makin banyaklah pertanyaan
yang timbul, asal mula dan tujuannya, perihal kebebasannya dan
kemungkinan-kemungkinannya. Dengan sikap yang demikian itu manusia sudah
menghasilkan pengetahuan yang luas sekali yang secara sistematis dan metodis
telah dikelompokan kedalam berbagai disiplin keilmuwan. Namun demikian karena
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka sejumlah besar pertanyaan tetap
relevan dan aktual seperti yang muncul pada ribuan tahun yang lalu, yang tidak
terjawab oleh Ilmu pengetahuan seperti antara lain: tentang asal mula dan
tujuan manusia, tentang hidup dan mati, tentang hakikat manusia sebagainya.
Ketidakmampuan Ilmu pengetahuan dalam menjawab sejumlah pertanyaan itu, maka
Filasafat tempat menampung dan mengelolahnya. Filsafat adalah ilmu yang tanpa
batas, tidak hanya menyelidiki salah satu bagian dari kenyataan saja, tetapi
segala apa yang menarik perhatian manusia.
Sudah diuraikan di atas bahwa yang
dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian pula ilmu. Agama juga
mengajarkan kebenaran. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu adalah "kebenaran
akal", sedangkan kebenaran menurut agama adalah "kebenaran
wahyu". Kita tidak akan berusaha mencari mana yang benar atau lebih benar
di antara ketiganya, akan tetapi kita akan melihat apakah ketiganya dapat hidup
berdampingan secara damai. Meskipun filsafat dan ilmu mencari kebenaran dengan
akal, hasil yang diperoleh baik oleh filsafat maupun ilmu juga bermacam-macam.
Hal ini dapat dilihat pada aliran yang berbeda-beda, baik di dalam filsafat
maupun di dalam ilmu. Demikian pula terdapat bermacam-macam agama yang
masing-masing mengajarkan kebenaran.
2.3
Persamaan dan
Perbedaan Antara Ilmu, Filsafat dan Agama
a.
Persamaan
Antara ilmu, filsafat dan agama ketiganya
mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh kebenaran. Walaupun dalam mencari
kebenaran tersebut baik ilmu, filsafat maupun agama mempunyai caranya
sendiri-sendiri. Ilmu dengan metodenya mencari kebenaran tentang alam, termasuk
manusia dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Filsafat dengan wataknya
menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia yang tidak dapat
dijawab oleh ilmu. Sedangkan agama dengan kepribadiannya memberikan persoalan
atas segala persoalan yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia
maupun tentang tuhan.[6]
Persamaan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
a.
Baik ilmu, filsafat dan agama bertujuan
sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
b.
Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya
menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
c.
Ketiganya memberikan pengertian mengenai
hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
d.
Ketiganya hendak memberikan sistesis, yaitu
suatu pandangan yang bergandengan.
e.
Ketiganya mempunyai metode dan sistem.
f.
Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang
kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
b.
Perbedaan
Filsafat adalah induk pengetahuan,
filsafat adalah teori tentang kebenaran. Filsafat mengedepankan rasionalitas,
pondasi dari segala macam disiplin ilmu yang ada. Filsafat juga bisa diartikan
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal. Filsafat menghampiri
kebenaran dengan cara menuangkan (mengelanakan atau mengembarakan) akal-budi
secara radikal dan integral serta universal.
Agama lahir sebagai pedoman dan
panduan. Agama lahir tidak didasari dengan riset, rasis atau uji coba.
Melainkan lahir dari proses peciptaan zat yang berada diluar jangkauan manusia.
Kebenaran agama bersifat mutlak, karena agama diturunkan Dzat yang maha besar,
maha mutlak, dan maha sempurna yaitu Allah.
Ilmu pengetahuan adalah suatu hal
yang dipelopori oleh akal sehat, ilmiah, empiris dan logis. Ilmu adalah cabang
pengetahuan yang bekembang pesat dari waktu kewaktu. Segala sesuatu yang
berawal dari pemikiran logis dengan aksi yang ilmiah serta dapat dipertanggung
jawabkan dengan bukti yang konkret. Ilmu dan filsafat, kedua-duanya dimulai
dengan sikap sangsi atau tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap
percaya dan iman.[7]
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan
atau mengelanakan ) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral, serta
universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh
ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Ilmu pengetahuan mencari
kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri), dan
percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Manusia mencari dan menemukan
kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban
tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi firman
ilahi untuk manusia.[8]
c.
Titik Singgung
Baik ilmu, filsafat, dan agama
ketiganya saling melengkapi. Karena tidak semua masalah yang ada didunia ini
dapat diselesaikan oleh ilmu. Karena ilmu terbatas, terbatas oleh subjeknya,
oleh objeknya maupun metodologinya. Sehingga masalah tersebut diselesaikan oleh
filsafat karena filsafat bersifat spekulatif dan juga alternative.
Agama memberi jawaban tentang banyak
soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu, yang dipertanyakan namun
tidak terjawab bulat oleh filsafat. Namun ada juga masalah yang tidak dapat
dijawab oleh agama melainkan dijawab oleh ilmu.
Baik ilmu, filsafat ataupun agama
bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran.
Namun titik perbedaannya terletak pada sumbernya, ilmu dan filsafat berumur
pada ra’yu (akal, budi) manusia. Sedangkan agama bersumberkan wahyu. Disamping
itu ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset,
research), pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan exploirasi akal budi secara radikal (mengakar);
tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri
bernama logika.
Manusia mencari dan menemukan
kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan berbagai masalah
asasi dari atau kepada kitab suci. Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran
positif (berlaku sampai dengan saat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran
spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiri, riset dan
eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat kedua-duanya
nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut) karena
agama adalah wahyu yang diturunkan Allah. [9]Baik
ilmu maupun filsafat dimulai dengan sikap sanksi dan tidak percaya. Sedangkan
agama dimulai dengan sikap percaya atau iman (Annshari, 1996:158-160).[10]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara etimologis (asal-usul kata)
filsafat berasal dari kata yunani philia
(=love, cinta) dan sophia (=wisdom,
kebijaksanaan). Jadi ditinjau dari pada arti etimologis istilah ini berarti
cinta pada kebjaksanaan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari
pengamatan, studi dan pengalaman yang disusun dalam satu system untuk
menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Baik ilmu, filsafat, maupun agama
juga mempunyai hubungan lain. Yaitu ketiganya dapat digunakan untuk memecahkan
masalah pada manusia. Karena setiap masalah yang di hadapi hadapi oleh manusia
sangat bermcam-macam. Ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan agama
seperti contohnya cara kerja mesin yang dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan.
Ilmu dan filsafat, kedua-duanya dimulai dengan sikap sangsi atau tidak percaya.
Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan iman.
Filsafat dan agama mempunyai
hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia artinya keduanya tidak ada
alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan
penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan
kenyakinan.
3.2 Saran
Demikian yang dapat penulis
sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat
bagi kita semua. Dalam pembuatan makalah pasti ada kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
Zainal. Filsafat Barat. 2011.
Jakarta: Rajawali Pers
Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu, Filsafat, dan Agama. 1979.
Jakarta: Bulan Bintang
Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi. 2011. Jakarta: PT Bumi
Aksara
http://jagomakalah.blogspot.co.id/2014/02/makalah-hubungan-antara-filsafat-dan.html
[1] Zainal
Abidin, Filsafat Barat, 2011,
Jakarta: Rajawali Pers, hal 9
[2] Endang
Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat, dan
Agama, 1979, Jakarta: Bulan Bintang, hal: 15
[4] Op.
cit, Endang Saifuddin Anshari, hal: 59
[5] A.
Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian
Dalam Dimensi, 2011, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal 127
[6] ibid, hal 128
[7] Endang
Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat, dan
Agama, 1979, Jakarta: Bulan Bintang, hal: 60
Tidak ada komentar:
Posting Komentar