Rabu, 22 Juni 2016

makalah tafsir tarbawi manusia dan kelemahannya

MAKALAH
Manusia dan Kelemahannya
Makalah Ini Di susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Tarbawi
 







  
Dosen pembimbing:
MUBAIDILLAH, MA

 Disusun oleh Kelompok 10 :
YULI NOFRIANI
WISMA RINI
YUNIATI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)
MUARA BUNGO
2015

KATA   PENGANTAR

Segala puji kami hantarkan kehadirat Pencipta dan Pemilik alam semesta Allah SWT. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia paling sempurna Nabi Muhammad SAW para sahabat dan seluruh umatnya.
Berkat pertolongan Allah SWT kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah tentang Manusia dan Kelemahannya yang kami susun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Tafsir Ayat Tarbawi. Kami harapkan makalah ini bisa membantu teman – teman untuk mengenal dan dapat untuk mendalaminya lebih jauh.
Kami penyusun makalah ini menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan di sana, Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah yang akan datang.


Muara Bungo, 12 Desember 2015


Penyusun
















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................          ii
DAFTAR ISI..........................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang Masalah.........................................................          1
1.2.       Rumusan Masalah...................................................................          1
1.3.       Tujuan Penulisan.....................................................................          1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.... Dhaif.......................................................................................          3
2.2.... Jahuluan .................................................................................          6
2.3.... ‘Ajulan....................................................................................          9
2.4.... Halu’an...................................................................................          11
2.5 ... Zhaluman................................................................................          12
2.6.... Peta Konsep............................................................................          15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................          16
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sebagai hamba Allah yang bernama manusia, tabiat kita yang paling menonjol adalah “nisyan”(lupa). Dalam ungkapan Arab disebutkan, “Sumiyal insanbinib syaanihi” (manusia dinamakan insan karena kelupannya). Dari lupa terjadi alpa, dan dari alpa lahirlah dosa. Maka, dapat dipastikan tiada manusia yang sempurna, karena setiap orang mempunyai kesalahan di hadapan Allah, dan kelemahan merupakan salah satu ciri dasar manusia. Kelemahan manusia ini jika ditambah dengan lemahnya kemauan untuk menjadi baik sangatlah berbahaya.
Nenek moyang manusia, yaitu Nabi Adam AS dapat terjerat berdosa oleh syaitan karena lemahnya kemauan dalam menaati Allah. Allah SWT berfirman :
“Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya ”.(QS. Thaaha: 115)
Seseorang yang beriman sekali pun tentu mempunyai kesalahan dan memiliki sifat buruk yang terkadang sukar dihilangkan. Tiada seorang Mukmin pun yang murni atau sempurna. Sebagai contoh, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda kepada Abu Dzarr ra, beliau bersabda, “Engkau seorang yang masih ada padamu sifat jahiliyah.” Dalam siroh para sahabat Nabi, sahabat Abu Dzar adalah seorang sahabat utama, termasuk dari orang-orang pertama yang beriman dan berjihad, namun ternyata masih ada kekurangannya. Kelemahan Abu Dzarr adalah terlalu zuhud sehingga selalu merasa diri sempurna karenanya dia reaktif terhadap sahabat Bilal.
Namun kelemahan ini langsung dikoreksi Nabi Muhammad SAW. “Wahai Abu Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada shalat seribu rakaat.” (HR. Ibnu Majah).
Namun untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendetail dalam menggali isi dari Al-Quran, kita dapat menggunakan Ilmu tafsir yang dapat lebih menspesifikkan dari setiap kandungan yang kita tuju, karena pada dasarnya redaksi Al-Quran masih bersifat mujmal (universal) sehingga kita memerlukan ilmu tafsir untuk mendapatkan kejelasan yang lebih rinci. Dengan adanya pembahasan dalam makalah ini, kita sebagai generasi muda islam hendaknya lebih mengenal, memahami dan mempelajari Ilmu Tafsir karena dengan mempelajari ilmu tafsir ini, kita akan lebih mengetahui siapa diri kita dan bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan ini.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana manusia dan kelemahannya?
2.      Bagaimana  kelemahan- kelemahan tafsir tarbawi ?
3.      Bagaimana peta konsep tafsir tarbawi? 

1.3  Tujuan Penulisan
Dapat menambah wawasan dan Pengetahuan pembaca serta prmbaca mampu memahami dan mengetahui tentang manusia dan kelemahannya.





BAB II
PEMBAHASAN

2. Manusia dan Kelemahannya
2.1 Dhaif
a.    QS. Ar-Rum Ayat 54
1.      Surat Ar-Rum Ayat 54 dan Terjemahannya
54 “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”

2.      Tafsir Mufrodat
خَلَقَكُم
menciptakan kamu
ضَعْفٍ
keadaan lemah
قُوَّةً
Kuat
وَشَيْبَةً
dan beruban
يَشَآءُ
yang dikehendaki-Nya

3.      Tafsir
Ayat ini memulai dengan menyebut nama wujud yang teragung dan yang khusus bagi-Nya serta yang mencakup segala sifat-Nya yakni Allah, yang menciptakan kalian dari keadaan lemah yakni sperma yang bertemu dengan indung telur. Lalu tahap demi tahap meningkat dan meningkat hingga setelah melalui tahap bayi, kanak-kanak dan remaja. Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah memiliki kekuatan sehingga kamu menjadi dewasa dan sempurna umur. Ini pun berlangsung cukup lama. Kemudian setelah melalui belasan tahun dan melewati usia matang, Dia menjadikan kamu sesudah menyandang kekuatan itu menderita kelemahan kembali dengan hilangnya sekian banyak potensi, dan tumbuhnya uban di kepala kamu. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya sesuai hikmah kebijaksanaan-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.[1]
Melalui ayat ini Allah mengemukakan hujjahnya terhadap orang-orang musyrik yang ingkar akan adanya hari berbangkit, Allah yang telah menciptakan kalian dari air mani yang hina, dan pendengaran serta penglihatan dan hati bagi kalian, kemudian Dia menjadikan kalian kuat dan mempunyai kemampuan untuk berkreatif sesudah kalian dalam keadaan lemah karena masih kecil. Dan sesudah itu Dia menjadikan kalian lemah karena tua dan pikun, sesudah kalian kuat dalam usia muda kalian. Maka Allah yang telah menjadikan hal-hal tersebut Maha Kuasa untuk mengembalikan kalian hidup kembali sesudah kalian binasa, dan sesudah kalian berupa tulang-belulang hancur luluh.[2]
4.      Aspek Tarbawi
Dari ayat diatas, sesungguhnya perpindahan manusia dari fase-fase kejadiannya selangkah demi selangkah, mulai dari lemah hingga menjadi kuat, kemudian dari kuat menjadi lemah kembali. Hal ini jelas menunjukkan akan kekuasaan Yang Maha Pencipta Lagi Maha Berbuat menurut apa yang dikehendaki-Nya, baik di bumi atau di langit. Dan tidaklah sulit bagi Allah untuk mengembalikan manusia menjadi hidup kembali.

b.   QS. An-Nisa Ayat 28
1.      Surat An-Nisa’ Ayat 28 dan Terjemahannya
߃̍ムª!$# br& y#Ïeÿsƒä öNä3Ytã 4 t,Î=äzur ß`»|¡RM}$# $ZÿÏè|Ê ÇËÑÈ
28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[3], dan manusia dijadikan bersifat lemah.

2. Tafsir Al-Azhar
Sesungguhnya dengan segala peraturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Itu, sejak dari beristri dengan batas empat asal sanggup berlaku adil, sampai kepada boleh berkawin saja dengan budak perempuan, karena memelihara diri dari perbuatan berzina, sebab berkawin dengan budak itu ringan belanjanya, semua itu adalah untuk meringankan kamu, sebab Allah sendiri mengakui bahwasanya Allah telah menciptakan kamu dalam keadaan lemah. Seluruh manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Karena lemahmu itu, kamu tidak akan mampu menahan syahwatmu secara terus-menerus. Itulah disebabkan diadakan peraturan-peraturan, sehingga kelemahanmu mengekang syahwatmu dan dapat diatur sebaik-baiknya. Dan dengan ini pula terdapatlah islam sebagai suatu agama yang tidak berat bagi manusia memikulnya. Tidaklah Islam mengadakan peraturan melarang orang laki-laki beristri dan orang perempuan bersuami. Dan tidaklah ada kependetaan didalam islam. Kalau peraturan-peraturan itu tidak diadakan Allah niscaya celakalah manusia lantaran lemahnya mengendalikan syahwatnya. Akan kacau balaulah keturunan manusia lantaran banyaknya perzinaan dan pelacuran.[4]
        Hancurlah kehidupan dan tidaklah dapat membina manusia yang baik, karena tidak berdiri rumah tangga. Maka runtuhlah bangsa. Sedangkan kebolehan yang diberikan Allah tentang beristri lebih dari satu, kerapkali telah menimbulkan permusuhan diantara anak-anak dari seorang laki-laki dari ibu yang berlainan betapa lagi kalau seorang laki-laki yang berhubungan dengan perempuan lain secara tidak sah pasti perbuatannya itu meninggalkan kesan yang buruk sekali dalam jiwa anaknya sendiri, sehingga jatuhlah penghargaan si anak kepada ayahnya yang membuat contoh yang tidak baik itu. Atau mereka tiru dan turuti sehingga pindah memindah turun-temurun. Ayah cabul, ibu cabul, anak-anak pun cabul. Sebagaimana pepatah “kemana air akan turun, kalau bukan melalui cucuran atap.” Hendaklah kita yang beragama islam memegang teguh peraturan-peraturan ini terutama didalam rumah tangga kita sendiri. Kalau seorang laki-laki lemah dalam mengekang syahwat, niscaya kesetiaan istrinya akan hilang dan si suami tidak sanggup lagi menguasainya. Kalau istrinya member malu dia terpksa manutup mulut, sebab dia berbuat jahat pula kepada perempuan lain. Kalau seorang ayah tidak dihormati oleh anaknya sendiri, umumnya yang demikian adalah lantaran si Ayah itu tidak pula hormat kepada ayahnya sendiri.[5]

2.2  Jahuluan
a.    QS. An-Nahl Ayat 78
1.      Surah Al-Nahl Ayat 78 dan Terjemahanya
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

2.      Tafsir Mufradat
Lamhu bashar
kembalinya kedipan mata dari kelopak mata bagian atas ke bagian bawah.
Al-af’idah
Bentuk jamak dari fu’ad,  yaitu hati yang disediakan Allah untuk pemahaman dan perbaikan badan.

3.      Tafsir Al-Maraghi
Allah SWT menjadikan kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah setelah dia mengeluarkan kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang dengan itu kalian dapat memahami dan membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara yang salah dengan yang benar. Menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat memahami dari sebagian yang lain apa yang saling kalian perbincangankan menjadikan penglihatan yang dengan itu kalian dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling mengenal dan membedakan antara sebagian dengan sebagian yang lain; dan menjadikan perkara-perkara  yang kalian butuhkan didalam hidup ini, sehingga kalian mengetahui jalan, lalu kalian menempuhnya untuk berusaha mencari rezki dan barang-barang, agar kalian dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Demikian halnya dengan seluruh perlengkapan dan aspek kehidupan.[6]
      Dengan harapan kalian dapat bersyukur kepada-Nya dengan menggunakan nikmat-nikmat-Nya dalam tujuannya yang untuk itu ia di ciptakan, dapat beribadah kepada-Nya, dan agar dengan setiap anggota tubuh kalian melaksanakan keta’atan kepada-Nya.  Yakni sesungguhnya apabila para hamba memurnikan ketaatannya kepada Allah, maka seluruh perbuatannya akan diperuntukkan bagi Allah ‘Azza wa Jalla. Maka, dia tidak mendengar, kecuali untuk Allah semata; tidak melihat, kecuali hanya untuk Allah SWT semata, yakni karena apa yang telah disyari’atkan Allah kepada-Nya ; tidak memegang dan tidak berjalan, kecuali dalam ketaatan kepada-Nya, sambil memohon pertolongan kepada-Nya dalam melakukan semua itu. [7]     

b.   QS. Al-Ahzab Ayat 72
1.    Surah Al-Ahzab dan Terjemahannya
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur šú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
72.  Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat[8] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat t itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

2.    Tafsir Mufradat
Al-ardh
disini, yang dimaksud ialah melihat kepada kesiapan langit dan bumi
Al-amanah
Segala sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik berupa perintah maupun larangan, tentang urusan-urusan agama dan dunia.
Abaina
Mereka tidak siap menerima.
Innahu kana zhaluman
Sesungguhnya manusia adalah banyak penganiayaannya, karena ia diliputi oleh kekuatan marah
Jahulan
banyak kebodohannya tentang akibat-akibat segala perkara, karena diliputi kekuatan syahwat.[9]

3.    Tafsir Al-Maraghi
Setelah Allah SWT menerangkan betapa perkara taat pada Allah SWT dan Rasul-Nya dan bahwa orang yang memelihara ketaatan tersebut akan memperoleh kemenangan yang besar, dan orang yang menimggalkan akan mendapatkan adzab, lalu dilanjutkan dengan menerangkan betapa besar hal yang berkaitan dengan ketaatan tersebut, yaitu melakukan beban-beban syari’at dan bahwa prakteknya sangat berat dan sukar bagi jiwa. Kemudian, diterangkan pula bahwa ketaatan yang mereka lakukan atau penolakan yang berupa tidak menerima dan tidak melazimkan diri melakukannya, semua itu tidaknya karena pemaksaan. [10]
Menerima perintah-perintah dan larangan-larangan, serta megetahui segala urusan agama dan dunia. Akan tetapi, kami menciptakan manusia sekalipun kekuatannya lemah dan tubuhnya kecil, namun siap untuk menerima beban-beban dan melaksanakan segala kesulitannya. namun demikian, manusia tetap dikuasai oleh desakan-desakan nafsu yang mengajaknya kepada marah, sehingga ia menganiaya orang lain.[11]dan ia ditunggangi cinta syahwat dan kecenderungan kepada tidak berfikir tentang akibat-akibat segala perkara.[12]
Oleh sebab itu, kemudian kami bebankan kepada manusia beban-beban tersebut, agar dapat merombak pagar dari kekuatan-kekuatan dan kekuasaannya atas manusia, juga dapat mengendalikan kebinalanya, sehingga takkan menjerumuskan manusia kejurang kehancuran.[13]

2.3 ‘Ajulan
a.    QS. An-Anbiyaa ayat 37
1.         Surah An-Anbiyaa Ayat 37 dan Terjemahannya
t,Î=äz ß`»|¡RM}$# ô`ÏB 9@yftã 4 öNä3ƒÍ'ré'y ÓÉL»tƒ#uä Ÿxsù Âcqè=Éf÷ètGó¡n@ ÇÌÐÈ
37. Manusia Telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.
2.         Tafsir Mufradat
Al-‘ajal dan al-‘ajalah
meminta sesuatu sebelum waktunya.
Al-insan
yang dimaksud jenisnya yaitu bangsa manusia. Karena tergesa-gesaan, sebagai mubalagah(penegasan) seperti orang yang pandai disebut naruntasyta’il (api yang menyala), kepada orang yang sering bermurah hati, dikatakan fulanun khuliqa min al-karam Al-mubris mengatakan : berarti diantara sifat manusia ialah tergesa-gesa.
Al-ayat
Tanda-tanda siksaan itu kepada mereka.[14]

3.      Tafsir al-Maraghi
Sesungguhnya Allah ta’ala menciptakan manusia dengan membawa fitrah ketergesa-gesaan, dan menjadikan fitrah itu termasuk tabiat dan sifatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika orang-orang musyrik tergesa-gesa meminta Allah SWT mendatangkan azab dan menurunkan siksaan nya kepada mereka. padahal semestinya mereka bersabar sedikit, karena Allah pasti menimpakan kepada mereka sebagian kemurkaan allah seperti yang telah ditimpakan kepada para pendusta sebelum mereka dan pasti menurunkan azab yang tidak akan mereka elakkan.[15]
Sesungguhnya, siksaan-Ku pasti menimpa kalian, maka janganlah kalian tergesa-gesa meminta aku menurunkannya, dan bersabarlah hingga janji Allah itu datang, karena sesungguhnya dia tidak mengingkari janji. Manusia dilarang untuk tergesa-gesa, padahal hal itu telah dijadikan tabiatnya, karena dia telah diberi potensi, yang dengan itu dia mampu meninggalkan dan menahan diri.[16]

4.    QS. Al-isra’ ayat 11
äíôtƒur ß`»|¡RM}$# ÎhŽ¤³9$$Î/ ¼çnuä!%tæߊ ÎŽösƒø:$$Î/ ( tb%x.ur ß`»|¡RM}$# Zwqàftã ÇÊÊÈ
11. Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.

Tafsir Jalalain
(Dan manusia mendoa untuk kejahatan) terhadap dirinya dan keluarganya jika ia menggerutu (sebagaimana ia mendoa) sebagaimana ia berdoa untuk dirinya sendiri (untuk kebaikan. Dan adalah manusia) yang dimaksud adalah jenisnya (bersifat tergesa-gesa) di dalam mendoakan dirinya tanpa memikirkan lebih lanjut akan akibatnya.

2.4    Halu’an
a.    QS. Ma’arij Ayat 19-20
1)   Surah Ma’arij Ayat 19-20 dan Terjemahannya
* ¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ #sŒÎ) çm¡¡tB Ž¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ
19.  Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20.  Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,

2)   Tafsir
(Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah) lafal haluu`an merupakan hal atau kata keterangan keadaan dari lafal yang tidak disebutkan, dan sekaligus sebagai penafsirnya. (Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah) atau sewaktu ia ditimpa keburukan berkeluh kesah.[17]
”Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah”. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Menurut Al-Dhahhak, manusia disini khusus orang kafir. Maksud dari  kata “Halu’a”  (Keluh Kesah) yaitu, menurut Ibnu Kisan menafsirkan ayat ini dengan ; “Allah menciptakan manusia dengan sifat selalu menyukai perkara-perkara yang menyenangkan, dan selalau tidak menyukai perkara-perkara yang tidak menyenangkan. Tidak mau memberikan sesuatu yang disenanginya dan tidak sabar atas sesuatu yang dibencinya.”[18]
Ayat berikutnya yaitu: Al-Syarr ‘kejelekan’, ‘kesusahan’, ‘kerugian’, adalah sesuatu yang dibenci dan sangat tidak dikehendaki oleh manusia. Sedangkan Al-Khair ‘kebaikan’, ‘kesenangan’, ‘keuntungan’, merupakan sesuatu yang dikehendaki dan diinginkan oleh manusia. Namun demikian suka atau tidak suka, keduanya yang sangat bertentangan itu merupakan bagian dari realitas kehidupan manusia yang mesti dihadapi secara bijaksana. Kebaikan, kesenangan, dan keuntungan yang merupakan bagian dari anugerah Allah hendaknya diterima dengan hati penuh syukur kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sebaliknya, keburukan, kesusahan, dan kerugian, hendaknya disikapi dengan jiwa yang penuh kesabaran dan ketabahan disertai tawakal kepada-Nya.[19]

2.5  Zhaluman
a.    QS. Yunus ayat 44
1.    Surah Yunus Ayat 44 dan Terjemahannya
¨bÎ) ©!$# Ÿw ãNÎ=ôàtƒ }¨$¨Y9$# $\«øx© £`Å3»s9ur }¨$¨Z9$# öNåk|¦àÿRr& tbqãKÎ=ôàtƒ ÇÍÍÈ
44Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.

2.    Tafsir Mufradat
Az-zulm
Secara lugawi, tidak terpenuhinya sesuatu yang diperlukan adanya oleh kejadian yang sempurna. [20]

3.      Tafsir Al-Maraghi
maksudnya, sesungguhnya bukan termasuk sunatullah  pada makhluk untuk mengurangi sedikitpun pada mereka tentang sebab-sebab yang kalau digunakan, maka dapat mereka mengetahui sesuatu yang memuat kabaikan bagi mereka. Yaitu pengertian-pengertian dan bimbingan kepada kebenaran dengan diutusinnya Rasul-rasul dan diberikan-Nya dalil-dalil yang dapat mengantarkan mereka kepada kebahagiaan mereka didunia dan diakhirat.[21]
Akan tetapi, manusia sendirilah yang menganiaya diri sendiri. Karena, hukuman dari kezaliman mereka itu akan menimpa pada diri  mereka sendiri. Akibat kekafiran mereka, maka mereka menjadi gila dengan petunjuk-petunjuk perasaan, akal maupun agama, yang Allah anugerahkan kepada mereka. karena, mereka tidak menggunakanya dengan semestinya, tidak mengikuti kebenaran dalam kepercayaan, dan tidak mengikuti petunjuk dalam beramal. Padahal, mengikuti kebenaran dan petunjuk itulah jalan lurus yang mengantarkan mereka pada kebahgian dunia dan akhirat.[22]
 
b.   QS. Ibrahim ayat 34
1)        Surah Ibrahim ayat 34 dan Terjemahannya
Nä39s?#uäur `ÏiB Èe@à2 $tB çnqßJçGø9r'y 4 bÎ)ur (#rãès? |MyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) z`»|¡SM}$# ×Pqè=sàs9 Ö$¤ÿŸ2 ÇÌÍÈ
34. Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

2)        Tafsir Mufradat
Ataakum
Dia memberi kalian
Laa tuhsuuhaa
Kalian tidak mampu menghitungnya, al-ihsaa menghitung dengan batu kecil. Dahulu orang-orang arab, sebagaimana juga kita, menggunakan jari-jemari dalam menghitung.
Zalum
Sangat menganiaya dirinya sendiri dengan tidak mau mensyukuri nikmat
Kafffar
Amat kufur dan ingkar terhadap nikmat.

3)        Tafsir Al-Maraghi
Dan Dia telah menyediakan bagi kalian segala apa yang kalian perlukan dalam seluruh keadaan kalian, dari segala yang berhak untuk  mereka mohon, baik kalian memohonnya atau tidak memohonnya kepada Allah. Sebab, Allah telah meletakkan didalam dunia ini berbagai manfaat yang tidak diketahui manusia, tetapi disediakan  bagi mereka. Sehingga, tidak seorang pun dari umat terdahulu memohon kepada Allah agar diberi kapal terbang magnit dan listrik. Semua itu diberikan kepada manusia secara bertahap, dan masih ada keajaiban-keajaiban yang akan tampak bagi orang-orang sesudah kita.[23]
Kalian tidak akan mampu menghitung macam-macam nikmat Allah, apalagi untuk mensyukurinya. Dalam shahih Bukhari, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. Mengucapkan : “ya Allah, ya tuhan kami, segala puji hanyalah untuk-Mu; (akan tetapi) ia tidak setimpal(dengan nikmat-Mu), tidak tertinggal (di sisi-Mu), tidak pula diperlukan(oleh-Mu). Imam syafi’I berkata: “segala puji bagi Allah yang nikmat-Nya tidak terbayar oleh syukur, kecuali nikmat baru yang menuntut penerimaanya untuk mensyukurinya.[24]
Sesungguhnya manusia yang mengganti nikmat Allah dengan kekufuran benar-benar telah bersyukur kepada selain Allah yang melimpahkan nikmat kepadanya. Dengan demikian, dia telah meletakkan syukur bukan pada tempatnya. Allah-lah yang telah melimpahkan nikmat kepadanya. Dan dia-lah yang berhak menerima ibadah yang ikhlas. Namun, manusia beribadah selain-Nya dan menjadikan sekutu bagi-Nya untuk menghalangi manusia dari jalan-Nya. Itulah kezalimannya, dan itulah keingkarannya terhadap nikmat yang telah Dia limpahkan kepadanya. Dia telah memalingkan ibadah kepada selain Allah yang memberinya nikmat, dan tidak taat kepadanya-Nya.[25]

2.6  Peta Konsep
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia yang memiliki dimensi fisik dan psikisatau bisa disebut biologis dan psikologis akan mengalami evolusi perkembangan. Secara biologis manusia dilahirkan dengan penuh keterbatasan. Berbeda dengan beberapa hewan yang setelah dilahirkan oleh induknya dapat langsung berdiri dan berjalan. Bahkan mereka bisa langsung hidup sendiri terlepas dari induknya. Coba bandingkan dengan manusia, apakah mungkin manusia bisa mempertahankan kehidupan tanpa seorang pengasuh? Jawabanya tidak, karena manusia tidak memiliki kemandirian dan naluri lebih ketika lahir dibandingkan dengan hewan. Organ-organ manusia ketika masih bayi begitu lemah dan rentan sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam bentuk latihan-latihan untuk bisa menyempurnakan evolusi biologisnya.
Meski begitu manusia dapat disebut sebagai bagian dari hewan mamalia. Namun perbedaan yang paling mendasar ialah bahwa manusia memiliki akal (kecerdasan). Dalam Al-Quran manusia merupakan makhluk yang mulia dan tinggi, disisi lain juga menyebutkan kelemahan-kelemahanya, antara lain :
1.      Tidak dapat menjalani hidup secara mandiri
2.      Bodoh
3.      Bersifat keluh kesah dan kikir
4.      Lupa Terhadap Allah
5.      Melampaui Batas Ketika Dirinya Merasa Cukup
6.      Lemah
7.      Kufur Nikmat




DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2010. Terjemahan Tafsir Jalalain. Asbabun Nuzul jilid 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Shihab, M. Quraish. 2002 Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, Jakarta: Lentera Hati.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : PT. Karya Toha Putra Semarang. 1992
Al-Qur’an Bayan. Jakarta: Bayan Al-Qur’an. 2009

Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim. Tafsir al-Azhar. Surabaya: Yayasan Latimojong.1981


[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, Jakarta : Lentera Hati, 2002, hlm.97
[2] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang : PT. Karya Toha Putra Semarang, 1992, hlm.119
[3] yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila Telah cukup syarat-syaratnya.
[4] Hamka,Tafsir Al-azhar Jilid 2, (Singapura;Pustaka Nasional PTE LTD Singapura,2003);Hal.1172
[5] Ibid, hal. 1172
[6] Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maragh Jilid 14,(Semarang;CV Toha Putra Semarang,1987); Hal. 213
[7] Ibid, hal. 214
[8] yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
[9] Ahmad Mushtafa Al-Maraghi, Tafsir Al-maraghi Jilid 22, (Semarang;CV Toha Putra Semarang, 1989);hal.75
[10]Ibid, Hal.75
[11] Ibid, Hal. 76
[12] Ibid, hal. 76
[13] Ibid, hal. 76
[14]Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Jilid 17,(Semarang;CV Toha Putra Semarang, 1989);hal.50
[15] Ibid, hal. 50
[16] Ibid, Hal. 54
[17] Kitab Jalallian dari PDF
[18] Diakses dari http://abdullatipisti.blogspot.co.id/2014/04/tafsir-tarbawi-1.html tanggal 5 des 2015 pukul 11:09 pm
[19] Loc.cit
[20] Ibid, hal. 214
[21] Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi jilid 11,(Semarang; CV Toha Putra Semarang, 1989);hal.214
[22] Ibid, Hal. 215
[23] Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Jilid 13 ,(Semarang;CV Toha Putra Semarang,1987);Hal. 297
[24] Ibid,298
[25]  Ibid, hal. 298





1 komentar:

  1. The Best 7 Casino Slots in India - JT Hub
    Best Casino 충청북도 출장샵 Slots in India 남원 출장샵 · Best casino bonus codes · 수원 출장샵 Best free slots · Best online 경주 출장마사지 casino slots · Best casino pokies for beginners · Best 부천 출장마사지 free spins casino · Best

    BalasHapus