MAKALAH
Manusia dan
Kelemahannya
Makalah Ini Di susun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Tarbawi
Dosen pembimbing:
MUBAIDILLAH,
MA
Disusun oleh
Kelompok 10 :
YULI NOFRIANI
WISMA RINI
YUNIATI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
YAYASAN
NURUL ISLAM (YASNI)
MUARA
BUNGO
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji kami hantarkan kehadirat Pencipta dan
Pemilik alam semesta Allah SWT. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada manusia paling sempurna Nabi Muhammad SAW para sahabat dan seluruh
umatnya.
Berkat pertolongan Allah SWT kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah tentang Manusia dan Kelemahannya yang kami
susun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Tafsir Ayat Tarbawi. Kami harapkan
makalah ini bisa membantu teman – teman untuk mengenal dan dapat untuk
mendalaminya lebih jauh.
Kami penyusun makalah ini menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan di sana, Oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan
makalah yang akan datang.
Muara
Bungo, 12 Desember 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.... Dhaif....................................................................................... 3
2.2.... Jahuluan ................................................................................. 6
2.3.... ‘Ajulan.................................................................................... 9
2.4.... Halu’an................................................................................... 11
2.5
... Zhaluman................................................................................ 12
2.6.... Peta Konsep............................................................................ 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai hamba Allah yang bernama
manusia, tabiat kita yang paling menonjol adalah “nisyan”(lupa). Dalam ungkapan Arab disebutkan, “Sumiyal insanbinib syaanihi” (manusia
dinamakan insan karena kelupannya). Dari lupa terjadi alpa, dan dari alpa
lahirlah dosa. Maka, dapat dipastikan tiada manusia yang sempurna, karena
setiap orang mempunyai kesalahan di hadapan Allah, dan kelemahan merupakan
salah satu ciri dasar manusia. Kelemahan manusia ini jika ditambah dengan
lemahnya kemauan untuk menjadi baik sangatlah berbahaya.
Nenek moyang manusia, yaitu Nabi
Adam AS dapat terjerat berdosa oleh syaitan karena lemahnya kemauan dalam
menaati Allah. Allah SWT berfirman :
“Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa,
dan kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya ”.(QS. Thaaha: 115)
Seseorang yang beriman sekali pun
tentu mempunyai kesalahan dan memiliki sifat buruk yang terkadang sukar
dihilangkan. Tiada seorang Mukmin pun yang murni atau sempurna. Sebagai contoh,
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda kepada Abu Dzarr ra, beliau bersabda, “Engkau
seorang yang masih ada padamu sifat jahiliyah.” Dalam siroh para sahabat Nabi,
sahabat Abu Dzar adalah seorang sahabat utama, termasuk dari orang-orang pertama
yang beriman dan berjihad, namun ternyata masih ada kekurangannya. Kelemahan
Abu Dzarr adalah terlalu zuhud sehingga selalu merasa diri sempurna karenanya
dia reaktif terhadap sahabat Bilal.
Namun kelemahan ini langsung
dikoreksi Nabi Muhammad SAW. “Wahai Abu Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari
Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi
mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih
baik daripada shalat seribu rakaat.” (HR. Ibnu Majah).
Namun untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih mendetail dalam menggali isi dari Al-Quran, kita dapat menggunakan
Ilmu tafsir yang dapat lebih menspesifikkan dari setiap kandungan yang kita
tuju, karena pada dasarnya redaksi Al-Quran masih bersifat mujmal (universal)
sehingga kita memerlukan ilmu tafsir untuk mendapatkan kejelasan yang lebih
rinci. Dengan adanya pembahasan dalam makalah ini, kita sebagai generasi muda
islam hendaknya lebih mengenal, memahami dan mempelajari Ilmu Tafsir karena
dengan mempelajari ilmu tafsir ini, kita akan lebih mengetahui siapa diri kita
dan bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan
ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
manusia dan kelemahannya?
2. Bagaimana kelemahan- kelemahan tafsir tarbawi ?
3. Bagaimana peta
konsep tafsir tarbawi?
1.3
Tujuan Penulisan
Dapat menambah wawasan dan
Pengetahuan pembaca serta prmbaca mampu memahami dan mengetahui tentang manusia
dan kelemahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Manusia dan Kelemahannya
2.1 Dhaif
a.
QS. Ar-Rum Ayat 54
1.
Surat Ar-Rum Ayat 54
dan Terjemahannya
54 “Allah,
Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali)dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya
dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
2.
Tafsir Mufrodat
خَلَقَكُم
|
menciptakan
kamu
|
ضَعْفٍ
|
keadaan
lemah
|
قُوَّةً
|
Kuat
|
وَشَيْبَةً
|
dan
beruban
|
يَشَآءُ
|
yang
dikehendaki-Nya
|
3.
Tafsir
Ayat ini memulai dengan menyebut
nama wujud yang teragung dan yang khusus bagi-Nya serta yang mencakup segala
sifat-Nya yakni Allah, yang menciptakan kalian dari keadaan lemah yakni sperma
yang bertemu dengan indung telur. Lalu tahap demi tahap meningkat dan meningkat
hingga setelah melalui tahap bayi, kanak-kanak dan remaja. Dia menjadikan kamu
sesudah keadaan lemah memiliki kekuatan sehingga kamu menjadi dewasa dan
sempurna umur. Ini pun berlangsung cukup lama. Kemudian setelah melalui belasan
tahun dan melewati usia matang, Dia menjadikan kamu sesudah menyandang kekuatan
itu menderita kelemahan kembali dengan hilangnya sekian banyak potensi, dan
tumbuhnya uban di kepala kamu. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya sesuai
hikmah kebijaksanaan-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.[1]
Melalui ayat ini Allah mengemukakan
hujjahnya terhadap orang-orang musyrik
yang ingkar akan adanya hari berbangkit, Allah yang telah menciptakan kalian
dari air mani yang hina, dan pendengaran serta penglihatan dan hati bagi
kalian, kemudian Dia menjadikan kalian kuat dan mempunyai kemampuan untuk
berkreatif sesudah kalian dalam keadaan lemah karena masih kecil. Dan sesudah
itu Dia menjadikan kalian lemah karena tua dan pikun, sesudah kalian kuat dalam
usia muda kalian. Maka Allah yang telah menjadikan hal-hal tersebut Maha Kuasa
untuk mengembalikan kalian hidup kembali sesudah kalian binasa, dan sesudah
kalian berupa tulang-belulang hancur luluh.[2]
4.
Aspek Tarbawi
Dari ayat diatas, sesungguhnya
perpindahan manusia dari fase-fase kejadiannya selangkah demi selangkah, mulai
dari lemah hingga menjadi kuat, kemudian dari kuat menjadi lemah kembali. Hal
ini jelas menunjukkan akan kekuasaan Yang Maha Pencipta Lagi Maha Berbuat
menurut apa yang dikehendaki-Nya, baik di bumi atau di langit. Dan tidaklah
sulit bagi Allah untuk mengembalikan manusia menjadi hidup kembali.
b.
QS. An-Nisa Ayat 28
1.
Surat An-Nisa’ Ayat 28
dan Terjemahannya
ßÌã ª!$# br& y#Ïeÿsä öNä3Ytã 4
t,Î=äzur ß`»|¡RM}$# $ZÿÏè|Ê ÇËÑÈ
28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[3],
dan manusia dijadikan bersifat lemah.
2. Tafsir Al-Azhar
Sesungguhnya
dengan segala peraturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Itu, sejak dari
beristri dengan batas empat asal sanggup berlaku adil, sampai kepada boleh
berkawin saja dengan budak perempuan, karena memelihara diri dari perbuatan
berzina, sebab berkawin dengan budak itu ringan belanjanya, semua itu adalah
untuk meringankan kamu, sebab Allah sendiri mengakui bahwasanya Allah telah
menciptakan kamu dalam keadaan lemah. Seluruh manusia diciptakan dalam keadaan
lemah. Karena lemahmu itu, kamu tidak akan mampu menahan syahwatmu secara
terus-menerus. Itulah disebabkan diadakan peraturan-peraturan, sehingga
kelemahanmu mengekang syahwatmu dan dapat diatur sebaik-baiknya. Dan dengan ini
pula terdapatlah islam sebagai suatu agama yang tidak berat bagi manusia
memikulnya. Tidaklah Islam mengadakan peraturan melarang orang laki-laki
beristri dan orang perempuan bersuami. Dan tidaklah ada kependetaan didalam
islam. Kalau peraturan-peraturan itu tidak diadakan Allah niscaya celakalah
manusia lantaran lemahnya mengendalikan syahwatnya. Akan kacau balaulah
keturunan manusia lantaran banyaknya perzinaan dan pelacuran.[4]
Hancurlah kehidupan dan tidaklah dapat
membina manusia yang baik, karena tidak berdiri rumah tangga. Maka runtuhlah
bangsa. Sedangkan kebolehan yang diberikan Allah tentang beristri lebih dari
satu, kerapkali telah menimbulkan permusuhan diantara anak-anak dari seorang
laki-laki dari ibu yang berlainan betapa lagi kalau seorang laki-laki yang
berhubungan dengan perempuan lain secara tidak sah pasti perbuatannya itu
meninggalkan kesan yang buruk sekali dalam jiwa anaknya sendiri, sehingga
jatuhlah penghargaan si anak kepada ayahnya yang membuat contoh yang tidak baik
itu. Atau mereka tiru dan turuti sehingga pindah memindah turun-temurun. Ayah
cabul, ibu cabul, anak-anak pun cabul. Sebagaimana pepatah “kemana air akan
turun, kalau bukan melalui cucuran atap.” Hendaklah kita yang beragama islam
memegang teguh peraturan-peraturan ini terutama didalam rumah tangga kita
sendiri. Kalau seorang laki-laki lemah dalam mengekang syahwat, niscaya
kesetiaan istrinya akan hilang dan si suami tidak sanggup lagi menguasainya.
Kalau istrinya member malu dia terpksa manutup mulut, sebab dia berbuat jahat
pula kepada perempuan lain. Kalau seorang ayah tidak dihormati oleh anaknya
sendiri, umumnya yang demikian adalah lantaran si Ayah itu tidak pula hormat
kepada ayahnya sendiri.[5]
2.2
Jahuluan
a.
QS. An-Nahl Ayat 78
1.
Surah Al-Nahl Ayat 78
dan Terjemahanya
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.
2.
Tafsir Mufradat
Lamhu bashar
|
kembalinya
kedipan mata dari kelopak mata bagian atas ke bagian bawah.
|
Al-af’idah
|
Bentuk jamak dari fu’ad, yaitu hati yang
disediakan Allah untuk pemahaman dan perbaikan badan.
|
3.
Tafsir Al-Maraghi
Allah
SWT menjadikan kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah setelah
dia mengeluarkan kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang
dengan itu kalian dapat memahami dan membedakan antara yang baik dengan yang
buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara yang salah dengan yang
benar. Menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat
mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat memahami dari sebagian
yang lain apa yang saling kalian perbincangankan menjadikan penglihatan yang
dengan itu kalian dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling
mengenal dan membedakan antara sebagian dengan sebagian yang lain; dan
menjadikan perkara-perkara yang kalian
butuhkan didalam hidup ini, sehingga kalian mengetahui jalan, lalu kalian
menempuhnya untuk berusaha mencari rezki dan barang-barang, agar kalian dapat
memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Demikian halnya dengan seluruh
perlengkapan dan aspek kehidupan.[6]
Dengan harapan kalian dapat bersyukur kepada-Nya dengan
menggunakan nikmat-nikmat-Nya dalam tujuannya yang untuk itu ia di ciptakan,
dapat beribadah kepada-Nya, dan agar dengan setiap anggota tubuh kalian
melaksanakan keta’atan kepada-Nya. Yakni
sesungguhnya apabila para hamba memurnikan ketaatannya kepada Allah, maka
seluruh perbuatannya akan diperuntukkan bagi Allah ‘Azza wa Jalla. Maka, dia tidak mendengar, kecuali untuk Allah
semata; tidak melihat, kecuali hanya untuk Allah SWT semata, yakni karena apa
yang telah disyari’atkan Allah kepada-Nya ; tidak memegang dan tidak berjalan,
kecuali dalam ketaatan kepada-Nya, sambil memohon pertolongan kepada-Nya dalam
melakukan semua itu. [7]
b.
QS. Al-Ahzab Ayat 72
1.
Surah Al-Ahzab dan
Terjemahannya
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur ú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# (
¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
72. Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat[8]
kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat t itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat
itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
2.
Tafsir Mufradat
Al-ardh
|
disini,
yang dimaksud ialah melihat kepada kesiapan langit dan bumi
|
Al-amanah
|
Segala sesuatu yang dipercayakan kepada
seseorang, baik berupa perintah maupun larangan, tentang urusan-urusan agama
dan dunia.
|
Abaina
|
Mereka tidak siap menerima.
|
Innahu kana zhaluman
|
Sesungguhnya manusia adalah banyak
penganiayaannya, karena ia diliputi oleh kekuatan marah
|
Jahulan
|
banyak kebodohannya tentang akibat-akibat
segala perkara, karena diliputi kekuatan syahwat.[9]
|
3.
Tafsir Al-Maraghi
Setelah
Allah SWT menerangkan betapa perkara taat pada Allah SWT dan Rasul-Nya dan
bahwa orang yang memelihara ketaatan tersebut akan memperoleh kemenangan yang
besar, dan orang yang menimggalkan akan mendapatkan adzab, lalu dilanjutkan
dengan menerangkan betapa besar hal yang berkaitan dengan ketaatan tersebut,
yaitu melakukan beban-beban syari’at dan bahwa prakteknya sangat berat dan
sukar bagi jiwa. Kemudian, diterangkan pula bahwa ketaatan yang mereka lakukan
atau penolakan yang berupa tidak menerima dan tidak melazimkan diri
melakukannya, semua itu tidaknya karena pemaksaan. [10]
Menerima
perintah-perintah dan larangan-larangan, serta megetahui segala urusan agama
dan dunia. Akan tetapi, kami menciptakan manusia sekalipun kekuatannya lemah
dan tubuhnya kecil, namun siap untuk menerima beban-beban dan melaksanakan
segala kesulitannya. namun demikian, manusia tetap dikuasai oleh
desakan-desakan nafsu yang mengajaknya kepada marah, sehingga ia menganiaya
orang lain.[11]dan ia ditunggangi cinta
syahwat dan kecenderungan kepada tidak berfikir tentang akibat-akibat segala
perkara.[12]
Oleh
sebab itu, kemudian kami bebankan kepada manusia beban-beban tersebut, agar
dapat merombak pagar dari kekuatan-kekuatan dan kekuasaannya atas manusia, juga
dapat mengendalikan kebinalanya, sehingga takkan menjerumuskan manusia kejurang
kehancuran.[13]
2.3 ‘Ajulan
a.
QS. An-Anbiyaa ayat 37
1.
Surah An-Anbiyaa Ayat
37 dan Terjemahannya
t,Î=äz ß`»|¡RM}$# ô`ÏB 9@yftã 4
öNä3Í'ré'y ÓÉL»t#uä xsù Âcqè=Éf÷ètGó¡n@ ÇÌÐÈ
37. Manusia Telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.
kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu
minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.
2.
Tafsir Mufradat
Al-‘ajal dan al-‘ajalah
|
meminta
sesuatu sebelum waktunya.
|
Al-insan
|
yang dimaksud
jenisnya yaitu bangsa manusia. Karena tergesa-gesaan, sebagai mubalagah(penegasan) seperti orang
yang pandai disebut naruntasyta’il (api
yang menyala), kepada orang yang sering bermurah hati, dikatakan fulanun khuliqa min al-karam Al-mubris
mengatakan : berarti diantara sifat manusia ialah tergesa-gesa.
|
Al-ayat
|
Tanda-tanda siksaan itu kepada mereka.[14]
|
3. Tafsir al-Maraghi
Sesungguhnya
Allah ta’ala menciptakan manusia
dengan membawa fitrah ketergesa-gesaan, dan menjadikan fitrah itu termasuk
tabiat dan sifatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika orang-orang
musyrik tergesa-gesa meminta Allah SWT mendatangkan azab dan menurunkan siksaan
nya kepada mereka. padahal semestinya mereka bersabar sedikit, karena Allah
pasti menimpakan kepada mereka sebagian kemurkaan allah seperti yang telah
ditimpakan kepada para pendusta sebelum mereka dan pasti menurunkan azab yang
tidak akan mereka elakkan.[15]
Sesungguhnya,
siksaan-Ku pasti menimpa kalian, maka janganlah kalian tergesa-gesa meminta aku
menurunkannya, dan bersabarlah hingga janji Allah itu datang, karena sesungguhnya
dia tidak mengingkari janji. Manusia dilarang untuk tergesa-gesa, padahal hal
itu telah dijadikan tabiatnya, karena dia telah diberi potensi, yang dengan itu
dia mampu meninggalkan dan menahan diri.[16]
4.
QS. Al-isra’ ayat 11
äíôtur
ß`»|¡RM}$# Îh¤³9$$Î/
¼çnuä!%tæß
Îösø:$$Î/ ( tb%x.ur ß`»|¡RM}$#
Zwqàftã
ÇÊÊÈ
11. Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk
kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
Tafsir Jalalain
(Dan manusia mendoa untuk
kejahatan) terhadap dirinya dan keluarganya jika ia menggerutu (sebagaimana ia
mendoa) sebagaimana ia berdoa untuk dirinya sendiri (untuk kebaikan. Dan adalah
manusia) yang dimaksud adalah jenisnya (bersifat tergesa-gesa) di dalam
mendoakan dirinya tanpa memikirkan lebih lanjut akan akibatnya.
2.4
Halu’an
a.
QS. Ma’arij Ayat 19-20
1)
Surah Ma’arij Ayat
19-20 dan Terjemahannya
* ¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ #sÎ) çm¡¡tB ¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ
19. Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
2) Tafsir
(Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat
keluh-kesah) lafal haluu`an merupakan
hal atau kata keterangan keadaan dari lafal yang tidak disebutkan, dan
sekaligus sebagai penafsirnya. (Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah) atau sewaktu ia ditimpa keburukan
berkeluh kesah.[17]
”Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah”. Allah
menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan
sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana
ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan
memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu
dipertanyakan lagi. Menurut Al-Dhahhak, manusia disini khusus orang kafir. Maksud
dari kata “Halu’a” (Keluh Kesah)
yaitu, menurut Ibnu Kisan menafsirkan ayat ini dengan ; “Allah menciptakan
manusia dengan sifat selalu menyukai perkara-perkara yang menyenangkan, dan
selalau tidak menyukai perkara-perkara yang tidak menyenangkan. Tidak mau
memberikan sesuatu yang disenanginya dan tidak sabar atas sesuatu yang
dibencinya.”[18]
Ayat berikutnya yaitu: Al-Syarr
‘kejelekan’, ‘kesusahan’, ‘kerugian’, adalah sesuatu yang dibenci dan sangat
tidak dikehendaki oleh manusia. Sedangkan Al-Khair
‘kebaikan’, ‘kesenangan’, ‘keuntungan’, merupakan sesuatu yang dikehendaki dan
diinginkan oleh manusia. Namun demikian suka atau tidak suka, keduanya yang
sangat bertentangan itu merupakan bagian dari realitas kehidupan manusia yang
mesti dihadapi secara bijaksana. Kebaikan, kesenangan, dan keuntungan yang
merupakan bagian dari anugerah Allah hendaknya diterima dengan hati penuh
syukur kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sebaliknya,
keburukan, kesusahan, dan kerugian, hendaknya disikapi dengan jiwa yang penuh
kesabaran dan ketabahan disertai tawakal kepada-Nya.[19]
2.5
Zhaluman
a.
QS. Yunus ayat 44
1.
Surah Yunus Ayat 44
dan Terjemahannya
¨bÎ) ©!$# w ãNÎ=ôàt }¨$¨Y9$# $\«øx© £`Å3»s9ur }¨$¨Z9$# öNåk|¦àÿRr& tbqãKÎ=ôàt ÇÍÍÈ
44. Sesungguhnya
Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah
yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
2. Tafsir Mufradat
Az-zulm
|
Secara lugawi, tidak terpenuhinya sesuatu yang
diperlukan adanya oleh kejadian yang sempurna. [20]
|
3. Tafsir Al-Maraghi
maksudnya,
sesungguhnya bukan termasuk sunatullah pada makhluk untuk mengurangi sedikitpun pada
mereka tentang sebab-sebab yang kalau digunakan, maka dapat mereka mengetahui
sesuatu yang memuat kabaikan bagi mereka. Yaitu pengertian-pengertian dan
bimbingan kepada kebenaran dengan diutusinnya Rasul-rasul dan diberikan-Nya
dalil-dalil yang dapat mengantarkan mereka kepada kebahagiaan mereka didunia
dan diakhirat.[21]
Akan
tetapi, manusia sendirilah yang menganiaya diri sendiri. Karena, hukuman dari
kezaliman mereka itu akan menimpa pada diri
mereka sendiri. Akibat kekafiran mereka, maka mereka menjadi gila dengan
petunjuk-petunjuk perasaan, akal maupun agama, yang Allah anugerahkan kepada
mereka. karena, mereka tidak menggunakanya dengan semestinya, tidak mengikuti
kebenaran dalam kepercayaan, dan tidak mengikuti petunjuk dalam beramal.
Padahal, mengikuti kebenaran dan petunjuk itulah jalan lurus yang mengantarkan
mereka pada kebahgian dunia dan akhirat.[22]
b.
QS. Ibrahim ayat 34
1)
Surah Ibrahim ayat 34
dan Terjemahannya
Nä39s?#uäur `ÏiB Èe@à2 $tB çnqßJçGø9r'y 4
bÎ)ur (#rãès? |MyJ÷èÏR «!$# w !$ydqÝÁøtéB 3
cÎ) z`»|¡SM}$# ×Pqè=sàs9 Ö$¤ÿ2 ÇÌÍÈ
34. Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan
segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
2)
Tafsir Mufradat
Ataakum
|
Dia memberi kalian
|
Laa tuhsuuhaa
|
Kalian tidak mampu menghitungnya, al-ihsaa menghitung dengan batu kecil.
Dahulu orang-orang arab, sebagaimana juga kita, menggunakan jari-jemari dalam
menghitung.
|
Zalum
|
Sangat
menganiaya dirinya sendiri dengan tidak mau mensyukuri nikmat
|
Kafffar
|
Amat
kufur dan ingkar terhadap nikmat.
|
3)
Tafsir Al-Maraghi
Dan
Dia telah menyediakan bagi kalian segala apa yang kalian perlukan dalam seluruh
keadaan kalian, dari segala yang berhak untuk
mereka mohon, baik kalian memohonnya atau tidak memohonnya kepada Allah.
Sebab, Allah telah meletakkan didalam dunia ini berbagai manfaat yang tidak
diketahui manusia, tetapi disediakan
bagi mereka. Sehingga, tidak seorang pun dari umat terdahulu memohon
kepada Allah agar diberi kapal terbang magnit dan listrik. Semua itu diberikan
kepada manusia secara bertahap, dan masih ada keajaiban-keajaiban yang akan
tampak bagi orang-orang sesudah kita.[23]
Kalian
tidak akan mampu menghitung macam-macam nikmat Allah, apalagi untuk
mensyukurinya. Dalam shahih Bukhari, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW.
Mengucapkan : “ya Allah, ya tuhan kami,
segala puji hanyalah untuk-Mu; (akan tetapi) ia tidak setimpal(dengan
nikmat-Mu), tidak tertinggal (di sisi-Mu), tidak pula diperlukan(oleh-Mu).
Imam syafi’I berkata: “segala puji bagi Allah yang nikmat-Nya tidak terbayar
oleh syukur, kecuali nikmat baru yang menuntut penerimaanya untuk
mensyukurinya.[24]
Sesungguhnya
manusia yang mengganti nikmat Allah dengan kekufuran benar-benar telah
bersyukur kepada selain Allah yang melimpahkan nikmat kepadanya. Dengan
demikian, dia telah meletakkan syukur bukan pada tempatnya. Allah-lah yang
telah melimpahkan nikmat kepadanya. Dan dia-lah yang berhak menerima ibadah
yang ikhlas. Namun, manusia beribadah selain-Nya dan menjadikan sekutu bagi-Nya
untuk menghalangi manusia dari jalan-Nya. Itulah kezalimannya, dan itulah keingkarannya
terhadap nikmat yang telah Dia limpahkan kepadanya. Dia telah memalingkan
ibadah kepada selain Allah yang memberinya nikmat, dan tidak taat
kepadanya-Nya.[25]
2.6
Peta Konsep
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia yang memiliki dimensi fisik
dan psikisatau bisa disebut biologis dan psikologis akan mengalami evolusi
perkembangan. Secara biologis manusia dilahirkan dengan penuh keterbatasan.
Berbeda dengan beberapa hewan yang setelah dilahirkan oleh induknya dapat
langsung berdiri dan berjalan. Bahkan mereka bisa langsung hidup sendiri
terlepas dari induknya. Coba bandingkan dengan manusia, apakah mungkin manusia
bisa mempertahankan kehidupan tanpa seorang pengasuh? Jawabanya tidak, karena
manusia tidak memiliki kemandirian dan naluri lebih ketika lahir dibandingkan
dengan hewan. Organ-organ manusia ketika masih bayi begitu lemah dan rentan
sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam bentuk latihan-latihan untuk bisa
menyempurnakan evolusi biologisnya.
Meski begitu manusia dapat disebut
sebagai bagian dari hewan mamalia. Namun perbedaan yang paling mendasar ialah
bahwa manusia memiliki akal (kecerdasan). Dalam Al-Quran manusia merupakan
makhluk yang mulia dan tinggi, disisi lain juga menyebutkan
kelemahan-kelemahanya, antara lain :
1. Tidak dapat
menjalani hidup secara mandiri
2. Bodoh
3. Bersifat keluh
kesah dan kikir
4. Lupa Terhadap
Allah
5. Melampaui Batas
Ketika Dirinya Merasa Cukup
6. Lemah
7. Kufur Nikmat
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam
Jalaluddin As-Suyuti. 2010. Terjemahan
Tafsir Jalalain. Asbabun Nuzul jilid 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Shihab, M. Quraish. 2002 Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan
Keserasian Alquran, Jakarta: Lentera Hati.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : PT. Karya
Toha Putra Semarang. 1992
Al-Qur’an Bayan. Jakarta: Bayan Al-Qur’an. 2009
Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim. Tafsir al-Azhar. Surabaya: Yayasan
Latimojong.1981
[1] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan,
Kesan dan Keserasian Alquran, Jakarta : Lentera Hati, 2002, hlm.97
[2] Ahmad
Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,
Semarang : PT. Karya Toha Putra Semarang, 1992, hlm.119
[3]
yaitu dalam
syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila Telah cukup syarat-syaratnya.
[6]
Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maragh Jilid 14,(Semarang;CV Toha
Putra Semarang,1987); Hal. 213
[8]
yang dimaksud
dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
[9]
Ahmad Mushtafa Al-Maraghi, Tafsir Al-maraghi Jilid 22, (Semarang;CV Toha Putra Semarang, 1989);hal.75
[14]Ahmad
Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Jilid 17,(Semarang;CV Toha Putra
Semarang, 1989);hal.50
[17] Kitab Jalallian dari PDF
[18] Diakses dari http://abdullatipisti.blogspot.co.id/2014/04/tafsir-tarbawi-1.html
tanggal 5 des 2015 pukul 11:09 pm
[19] Loc.cit
[21] Ahmad
Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi jilid 11,(Semarang; CV Toha Putra Semarang, 1989);hal.214
[23]
Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Jilid 13 ,(Semarang;CV Toha Putra
Semarang,1987);Hal. 297
[24] Ibid,298
The Best 7 Casino Slots in India - JT Hub
BalasHapusBest Casino 충청북도 출장샵 Slots in India 남원 출장샵 · Best casino bonus codes · 수원 출장샵 Best free slots · Best online 경주 출장마사지 casino slots · Best casino pokies for beginners · Best 부천 출장마사지 free spins casino · Best